Rasa Sepotong Kebahagiaan
Ayah adalah tiang atau tonggak untuk keluarga, karena ayah memberikan warna-warni
kehidupan di dalam keluarga, dan selalu
punya semangat baru untuk ibu dan anak-anaknya...
Jalan setapak di belakang rumah yang hanya dapat dilewati oleh pejalan
kaki atau sepeda motor, namun kalau berpapasan harus ada yang mengalah untuk
salah satunya berhenti agar tidak saling bersenggolan, menjadi saksi bisu
perjuangan Ayah untuk sebuah usaha bekerja membahagiakan keluarga – Ibu, aku dan adik.
Terlebih saat mentari pagi belum terbangun dari peraduannya. Atau saat udara sejuk dan titik-titik air bernama embun masih menyelimuti dedaunan yang selalu bergoyang di sapa angin semilir, namun tak pernah kau hiraukan untuk sebuah semangat hidup, bekerja dan mencarikan nafkah agar kami -- ibu, aku dan adik bisa terus merasakan indahnya dunia.
Terlebih saat mentari pagi belum terbangun dari peraduannya. Atau saat udara sejuk dan titik-titik air bernama embun masih menyelimuti dedaunan yang selalu bergoyang di sapa angin semilir, namun tak pernah kau hiraukan untuk sebuah semangat hidup, bekerja dan mencarikan nafkah agar kami -- ibu, aku dan adik bisa terus merasakan indahnya dunia.
Lebih dari itu penuh sesaknya bus kota, macetnya jalan raya di Ibukota Jakarta, sampai teriknya mentari siang yang kadang menghempaskan debu di raut muka atau tubuh hingga lusuh, ketika engkau sedang menuju perkantoran besar ditengah-tengah kerasnya kehidupan Jakarta, tak pernah engkau balas dengan keluhan, namun malah dengan senyuman. Bahkan engkau yang selalu tak pernah lelah untuk mau mendengarkan segala keluh ketika Ibu, aku dan adikku mengeluhkan kehidupan.
Dari persoalan uang jajan yang kurang, kendaraan mogok hingga kebutuhan barang-barang kebutuhan hidup yang mahal, selalu engkau usahakan untuk dapat membelinya. Semua di dengarkan, bahkan dicarikan upayanya untuk dapat membeli jika itu memang diperlukan, agar keluarga dapat terus tersenyum tanpa merasakan perihnya, sulitnya mencari sepotong kebahagiaan.
Karena itu ayah bagiku adalah sosok lelaki hebat yang pernah aku temui. Lebih hebat dari seorang polisi yang menjadi pengayom masyarakat. Karena ayah tidak saja mengayomi, tetapi juga melindungi dan
bahkan selalu
menjaga keluarga, karena berbuat
sesuatunya tanpa pamrih. Ayah juga lebih hebat dari seorang dokter, karena ayah selalu memberikan obat -- senyuman indah tanpa
memperlihatkan letihnya fisik
usai kerja.
Ayah adalah sosok lelaki tangguh...
Tangguh dalam menghidupi keluarganya, tangguh dalam
menyelesaikan pekerjaannya, dan tangguh dalam memberikan suasana nyaman
untuk Ibu dan anak-anaknya.
Ayah adalah sosok sahabat..
Ayah yang selalu mendengarkan keluh kesah Ibu ketika anak-anaknya susah diatur, Ayah yang selalu menghibur ketika anak-anaknya
letih dengan sekolah, Ayah yang selalu
mendengarkan cerita kami semuanya. Padahal kami tahu Ayah
sudah letih dengan pekerjaannya. Padahal kami tahu Ayah
sudah pusing dengan
tanggung jawabnya yang menumpuk. Tetapi ayah
tak mau keluarga kecilnya tahu kalau sedang sedih dan lelah.
Ayah...
Masih banyak yang belum bisa aku lakukan untuk membalas semua jasamu. Karena itu jika diizinkan kelak, aku ingin ayah hanya beristirahat di rumah tanpa harus bekerja hingga meneteskan ribuan tetes keringat untuk membuat kita semua bahagia. Karena aku ingin Ayah terus bisa membuat warna-warni kehidupan keluarga. Dan aku juga ingin Ayah tetap mendampingi ibu dengan senyuman, meskipun belum tahu cara apa yang harus aku lakukan.
Masih banyak yang belum bisa aku lakukan untuk membalas semua jasamu. Karena itu jika diizinkan kelak, aku ingin ayah hanya beristirahat di rumah tanpa harus bekerja hingga meneteskan ribuan tetes keringat untuk membuat kita semua bahagia. Karena aku ingin Ayah terus bisa membuat warna-warni kehidupan keluarga. Dan aku juga ingin Ayah tetap mendampingi ibu dengan senyuman, meskipun belum tahu cara apa yang harus aku lakukan.
Karena itu kalaupun aku anakmu yang selalu
membuat repot ketika berisik minta uang jajan,uang bensin bagi kendaraan dan atau uang pulsa sampai gadget, namun ayah tak menilainya sebagai sebuah kerepotan. Atau
ibu yang
selalu mengeluh jika engkau selalu sibuk kerja, ibu yang selalu mengingatkan makan, sholat dan
istirahat yang cukup. Namun, keluarga kecilmu yang
selalu menanti kehadiranmu ketika
matahari sudah terbenam.
Karena itu Ayah, aku anakmu selalu menyebut namamu dalam
setiap doaku. Aku anakmu yang selalu
membanggakan engkau di depan teman-teman. Aku
anakmu yang sedang berjuang agar dapat membahagiakan Ayah dan Ibu. Meskipun hingga saat ini aku belum bisa membuktikan
semuanya, karena mungkin aku nakal, aku susah
diatur, dan aku manja. Manja untuk mendapat kasih sayangmu karena aku amat takut kehilangan kasih sayangmu, takut untuk
kehilangan belaianmu, dan takut untuk tak melihat lagi dirimu. Tetapi aku sedang bergerak, berjuang dan
berusaha untuk sampai ke sana. Karena itu aku ucap terima kasih atas sepotong kebahagiaan yang telah ayah berikan untuk kami -- aku, ibu dan adik.
Yuka
Dewisartika
Komentar
Posting Komentar