Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

Hidup Perlu Dinikmati dan Bersyukur

Bagi kebanyakan orang mengerjakan soal matematika sangat rumit dan membuat otak pusing. Namun, tak sedikit yang menyukai pelajara hitung-menghitung ini.             Kenyataannya apapun yang ada di dunia ini pasti kembali untuk menghitung, mulai dari pekerjaan di kantor, bermain bersama teman, sampai urusan kelangsungan hidup sehari-hari. Matematika memang rumit, tetapi hidup yang penuh lika-liku ini jauh lebih rumit jika kita salah jalan untuk melewatinya.             Ketika mentari mulai menyinari dunia, mata terbangun dari tidurnya, dan suara keramaian kota mulai memenuhi telinga kita, saat itulah kehidupan yang lebih rumit dari sekadar soal matematika di mulai. Bukan hanya memikirkan bagaimana caranya berangkat untuk melakukan aktivitas hari ini saja. Namun, memikirkan juga bagaimana kita lebih baik dan bermanfaat untuk kebanyakan orang di hari ini.             Gengsi yang selalu menyelimuti setiap detik kehidupan di kota membuat kita merasa bahwa hidup hanya sekali dan perl

Tisuku untuk Hidupku

Malam itu angin berhembus kencang, hujan turun rintik-rintik. Suasana Idul Fitri masih sangat terasa sekali. Aku mengahampiri tempat makan pinggiran sambil menikmati angin yang sejuk. Terlihat dua bocah kecil sedang berlari bermain bersama, mereka membawa tas jinjing berisi tisu. Ketika aku duduk dengan menghindangi makanan, salah satu diantara mereka ada yang duduk disampingku. Ia tidak menawari aku tisu, ia hanya mengambil jeruk nipis dan dicampuri kecap, rasanya ia haus dan sedang tidak enak badan. Tak lama datang seorang anak bernama Njul, dia menghampiri temannya dan menawarkan sate telur yang diberikan oleh orang lain. Mereka menyantap satu tusuk sate itu berdua. Tak tahan hatiku melihat mereka, bersyukurlah aku masih dapat duduk dan menghindangi makanan ini. Aku pun bertanya “kalian sudah makan belum? Mau lagi satenya?” salah satu dari mereka menjawab “udah kak, ngga usah”. Mereka menghitung uang hasil kerja kerasnya berjualan tisu pada malam itu. Semakin memiris hatiku s

Rasa Sepotong Kebahagiaan

A yah  adalah tiang atau  tonggak untuk keluarga , karena  ayah memberikan warna-warni kehidupan di  dalam  keluarga, dan selalu punya semangat baru untuk  ibu d an anak-anaknya... Jalan setapak di belakang rumah  yang hanya dapat dilewati oleh pejalan kaki atau sepeda motor, namun kalau berpapasan harus ada yang mengalah untuk salah satunya berhenti agar tidak saling bersenggolan,  menjadi saksi bisu perjuangan  A yah untuk  sebuah usaha bekerja membahagiakan  keluarga – Ibu, aku dan adik.     Terlebih saat m entari  pagi belum terbangun dari peraduannya. Atau saat  udara sejuk dan  titik-titik air bernama embun masih menyelimuti  dedaunan yang  selalu bergoyang  di sapa angin semilir, namun t ak pernah kau hiraukan untuk sebuah   semangat  hidup, bekerja dan  mencarikan nafkah agar kami  -- ibu, aku dan adik  bisa terus merasakan indahnya dunia. Lebih dari itu p enuh  sesak nya bus kota, macetnya jalan raya di I bukota Jakarta,  sampai  teriknya m entari  siang  yang kad